Tampilkan postingan dengan label imun. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label imun. Tampilkan semua postingan

Rabu, 08 Desember 2010

BIOFirion® Mattress dan Pillow

BIOFirion® Mattress dan Pillow Dibuat dari bahan serat Bio FIR (Bio FIR Fiber) yang sangat bermanfaat mengatasi berbagai gangguan tidur yang disebabkan oleh kurang baiknya kondisi tubuh. BIOFirion® Mattress dan Pillow juga beraroma Lavender untuk menghindari nyamuk, kutu busuk dan serangga lain serta mencegah bau tak sedap akibat jamur.

Tidur di atas BIOFirion® Mattress dan Pillow memberikan manfaat dasar untuk tubuh yaitu: Meningkatkan kualitas tidur menjadi lebih efektif dan memberikan efek positif terhadap 11 (sebelas) sistem tubuh kita.

Sebelas Efek Positif bagi Sistem Tubuh kita diantaranya :
  1. Meningkatkan pengaturan sistem syaraf pusat.
  2. Meningkatkan kesehatan sistem kardiovaskular.
  3. Meningkatkan fungsi sistem pernafasan.
  4. Memperkuat daya tahan tubuh dan mengurangi resiko penyakit-penyakit degeneratif.
  5. Meningkatkan fungsi detoksifikasi (pembuangan racun), meringankan beban ginjal dan liver, serta memperbaiki kecantikan kulit.
  6. Menghambat radikal bebas, meningkatkan regenerasi sel dan memperlambat proses penuaan serta anti kanker.
  7. Menenangkan dan menstabilkan kesehatan mental dan emosi.
  8. Membantu memelihara fungsi pankreas dan kelenjar suprarenal sehingga membantu mengontrol kadar gula darah.
  9. Membantu memelihara persendian, ligamen dan tulang rawan pada area persendian, mencegah osteoporosis, meringankan dan mencegah arthritis.
  10. Meningkatkan sistem pencernaan dan memelihara enzim-enzim pencernaan.
  11. Memelihara dan meningkatkan sistem kelenjar dan hormon, memelihara fungsi prostat, seksual dan organ reproduksi.
sumber: gne-biz.com

Artikel terkait:
Produk PT GNE untuk Kesehatan Holistik Anda
BIOFirion®
Bio Far Infra Red (FIR)

Sabtu, 04 Desember 2010

Alergi: Gejala, Penyebab dan Pencegahannya

Alergi terjadi ketika system imun tubuh bereaksi berlebihan terhadap benda atau zat asing seperti serbuk bunga, racun lebah ataupun bulu binatang. Sistem imun memproduksi protein yang disebut IgE antibodies. Antibodi ini melindungi tubuh dari benda atau zat yang tidak diinginkan yang bisa membuat anda sakit atau menyebabkan infeksi.

Alergi dapat menyebabkan gejala yang terlihat pada kulit, sinus, napas, atau sistem pencernaan. Keparahan suatu alergi bervariasi pada setiap orang dan dapat terjadi mulai dari iritasi biasa sampai anaphylaxis – keadaan darurat yang berpotensi mengancam jiwa. Apabila alergi tidak dapat disembuhkan, beberapa pengobatan dapat membantu untuk meringankan gejala alergi. 

Gejala
Gejala alergi yang timbul tergantung pada partikel yang menyebabkan alergi, dan dapat mempengaruhi jalan napas, sinus dan hidung, kulit dan sistem pencernaan. Pada banyak kasus, reaksi alergi yang mengganggu menyebabkan iritasi akan tetapi ini merupakan gejala yang ringan. Reaksi alergi yang parah dapat lebih berbahaya karena melibatkan sistem organ di dalam tubuh. Pada beberapa kasus yang parah, alergi dapat memicu reaksi yang mengancam nyawa seperti halnya anaphylaxis.

Hay fever, juga disebut alergi rhinitis, dapat menyebabkan :
•    Hidung tersumbat
•    Hidung basah dan gatal
•    Mata gatal, berair, dan bengkak (conjunctivitis)

Atopic dermatitis, reaksi alergi kulit yang juga disebut eczema, dapat menyebabkan :
•    Kulit gatal
•    Kulit memerah
•    Pengelupasan kulit

Food allergy / alergi makanan dapat menyebabkan :
•    Perasaan geli di mulut
•    Bengkak pada bibir, lidah, wajah atau tenggorokan
•    Hives (gatal dengan bintik merah atau bengkak)
•    Anaphylaxis

Insect sting allergy / alergi sengat serangga dapat menyebabkan :
•    Bengkak (edema) pada bagian yang tersengat
•    Gatal atau Hives (gatal dengan bintik merah atau bengkak) pada seluruh tubuh
•    Batuk, sesak pada dada, atau napas yang pendek

Drug allergy / alergi obat dapat menyebabkan :
•    Hives (gatal dengan bintik merah atau bengkak)
•    Kulit gatal
•    Ruam pada kulit
•    Bengkak pada wajah
•    Napas menjadi pendek
•    Anaphylaxis

Anaphylaxis
Beberapa jenis alergi, termasuk alergi terhadap makanan dan sengat serangga, berpotensi memicu reaksi yang parah atau yang disebut juga anaphylaxis. Reaksi ini melibatkan beberapa sistem organ tubuh. Tanda dan gejala anaphylaxis meliputi:
•    Hilangnya kesadaran
•    Perasaan melayang-layang
•    Napas pendek yang parah
•    Denyut nadi yang cepat dan lemah
•    Ruam pada kulit
•    Rasa mual dan muntah-muntah
•    Bengkak pada saluran napas yang dapat menyumbat jalan napas

Penyebab

Alergi dimulai ketika sistem imun bereaksi secara tidak normal terhadap zat yang berbahaya bagi tubuh. Sistem imun kemudian memproduksi antibodi yang selalu memperingatan akan adanya partikel alergen. Ketika anda terkena alergen lagi antibodi ini melepaskan sejumlah zat kimia, seperti histamine, yang menyebabkan gejala alergi.

Yang termasuk pemicu alergi adalah:
•    Alergen yang terbawa angin, seperti serbuk tanaman, bulu binatang, debu dan jamur
•    Makanan tertentu, khususnya kacang tanah, pohon kacang-kacangan, gandum, kedelai, ikan, kerang, telur dan susu
•    Sengat serangga, seperti sengat lebah atau tawon
•    Obat, seperti penicillin atau antibiotik berbahan dasar penicillin.
•    Getah atau zat lain yang anda sentuh, dimana dapat menimbulkan reaksi kulit.
   
Faktor risiko

Risiko munculnya alergi akan meningkat pada anda jika:
•    Memiliki sejarah keluarga dengan asma atau alergi. Risiko alergi akan meningkat pada anda jika anda memiliki anggota keluarga yang mengalami asma atau alergi seperti hay fever, hives atau eczema.
•    Pada saat anak-anak. Meskipun anda dapat terkena alergi karena sesuatu pada usia berapapun, pada dasarnya anak-anak lebih mudah terkena alergi daripada orang dewasa.
•    Memiliki asma atau alergi. Memiliki asma dapat meningkatkan risiko untuk terkena alergi. Juga apabila memiliki alergi karena suatu hal akan menyebabkan terkena alergi pada hal lainnya.

Pencegahan

Mencegah alergi tergantung jenis alergi yang anda miliki. Secara umum dapat dilakukan tindakan berikut:
•    Hindari pemicu yang diketahui. Jika anda mengambil pengobatan untuk mengobati gejala alergi anda, anda tetap diharuskan untuk menghindari pemicunya. Secara umum pemicu alergi adalah alergen yang terbawa angin di luar ruang, dirumah atau di tempat kerja, dan makanan tertentu, serangga atau obat. Beberapa reaksi alergi dipicu atau diperparah oleh temperatur yang ekstrim ataupun perasaan stress.
•    Jaga keseharian anda. Ketika mencoba mengidentifikasi secara jelas apa yang menyebabkan atau memperburuk gejala alergi anda, coba untuk melihat kembali semua aktifitas yang anda lakukan. Catat ketika gejala alergi terjadi, dan tulis apa yang mungkin dapat menolong. Hal ini dapat menolong anda dan dokter anda untuk mengidentifikasi pemicu alergi dan langkah yang terbaik untuk mencegah dan mengobati alergi anda.
•    Gunakan gelang penanda. Jika anda pernah mengalami reaksi alergi yang parah. Gelang (atau kalung) penanda akan memberitahu orang lain bahwa anda memiliki kasus reaksi alergi yang serius dan ketika itu terjadi pastinya anda tidak mampu untuk memberitahu orang lain apa yang menimpa anda. Dengan gelang tersebut maka orang lain akan dapat dengan mudah mengetahui.

sumber: kompas health

Artikel Terkait:
Dr. F. Liana Wanane: "Sembuh dari Alergi, Diabetes, Herpes dan Hipertensi"
Gold Milk IgG DHA: Meningkatkan sistem daya tahan tubuh.dan Mencegah Alergi
Gold G Sea Cucumber: Membentuk anti bodi, enzim, dan hormon.

Kamis, 18 November 2010

MANUSIA TIDAK PERNAH MENANG MELAWAN KUMAN

Berbekal ilmu pengetahuan, manusia bisa saja menyembuhkan penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman. Namun secara global manusia tidak pernah bisa memberantas kuman sebab akan selalu muncul jenis kuman baru.

Virus flu misalnya, dari masa ke masa selalu bermutasi sehingga memunculkan virus baru seperti flu burung dan flu babi. Sementara itu berbagai jenis bakteri mulai banyak yang membentuk kekebalan terhadap antibiotik sehingga tidak mempan lagi diobati..


Meski riset untuk menemukan antibiotik baru selalu dilakukan, kemunculan kuman baru baik yang berupa virus, bakteri atau mikroorganisme lainnya tidak pernah bisa dihindarkan. Sampai kapanpun manusia akan terus hidup berdampingan dengan kuman.

"We'll never win the battle. Manusia harus hidup harmonis dengan kuman," ungkap Sekjen Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indionesia (Perdalin), Dr Latre Buntaran, Sp-MK di Jakarta, Jumat (12/11/2010).

Dr Latre yang juga seorang konsultan mikrobiologi klinis di RS Harapan Kita mengatakan yang paling bisa dilakukan manusia adalah mengendalikan kuman. Sebab menurutnya, semua orang pada dasarnya memiliki kuman di tubuhnya namun tidak selamanya akan menjadi penyakit.

"Ada 2 hal yang menentukan kuman akan jadi penyakit atau tidak. Yang pertama jumlahnya, lalu yang kedua adalah kondisi daya tahan tubuh seseorang," tambahnya.

Tubuh manusia punya toleransi tertentu sehingga kuman bisa masuk tanpa menyebabkan penyakit asalkan daya tahannya sedang bagus. Jika jumlah kuman yang masuk melewati batas yang bisa ditoleransi, barulah kuman-kuman itu akan menjadi penyakit.

Selama batas itu belum terlewati, masuknya kuman justru menguntungkan sebab tubuh akan membentuk antibodi atau kekebalan terhadap kuman tersebut. Semakin beragam jenis kuman yang masuk, semakin banyak kekebalan yang dimiliki oleh seseorang.

"Asal daya tahannya sedang bagus, sesekali jajan sembarangan di pinggir jalan tidak apa-apa karena masuknya kuman malah bisa jadi vaksinasi alami," kata Ketua Perdalin, Prof Dr Djoko Wibowo, DTM&H, SpPD-KPTI.

(up/ir)

Sumber : detik.com, November 2010
AN Uyung Pramudiarja

Artikel terkait:
BIOFirion®: Meningkatkan energi, daya tahan tubuh & mengurangi kelelahan 
Gold Milk IgG DHA: Melawan virus, bakteri pathogen.
Gold Green Brazil Propolis: Anti virus, anti jamur, anti mikroba, anti protozoa, anti pathogen, anti bacteri dan anti kuman
Cyano Spirulina : Makanan Kesehatan Dunia

Minggu, 14 November 2010

DARWINISME TERBANTAHKAN

Bagaimana Teori Evolusi Runtuh Di Hadapan Ilmu Pengetahuan Modern
KEKEBALAN, "ORGAN VESTIGIAL," DAN EMBRIOLOGI

Dalam ruas-ruas sebelumnya, kita telah mempelajari sejumlah ketidakserasian dan kesukaran yang dihadapi teori evolusi di bidang paleontologi dan biologi molekuler sesuai dengan penemuan-penemuan dan bukti ilmiah. Dalam bab ini, kita akan mempertimbangkan beberapa fakta biologis yang disajikan sebagai petunjuk bagi teori di dalam buku-buku evolusionis. Bertentangan dengan kepercayaan yang tersebar luas, fakta-fakta ini menunjukkan bahwa sebenarnya tiada penemuan ilmiah yang mendukung teori evolusi.

Ketahanan Bakteri terhadap Antibiotika
Salah satu konsep biologi yang coba disajikan evolusionis sebagai petunjuk bagi teori mereka adalah ketahanan bakteri terhadap antibiotika. Banyak pustaka evolusionis menyebutkan ketahanan antibiotika sebagai "sebuah contoh perkembangan makhluk hidup lewat mutasi bermanfaat." Pernyataan serupa juga diutarakan bagi serangga yang membangun kekebalan terhadap insektisida seperti DDT.
Akan tetapi, evolusionis juga keliru dalam hal ini.
Antibiotika adalah "molekul-molekul pembunuh" yang dihasilkan oleh mikroorganisme untuk melawan mikroorganisme lain. Antibiotika pertama adalah penisilin, yang ditemukan oleh Alexander Fleming di tahun 1928. Fleming menyadari bahwa jamur menghasilkan sejenis molekul yang membunuh bakteri Staphylococcus, dan penemuan ini menandai sebuah titik balik dalam dunia kedokteran. Antibiotika yang diambil dari mikroorganisme dipakai membunuh bakteri dan ternyata berhasil.
Segera setelah itu, sesuatu yang baru ditemukan. Bakteri membina kekebalan terhadap antibiotika seiring dengan waktu. Mekanismenya bekerja seperti ini: sejumlah besar bakteri yang diberi antibiotika mati, namun sebagian lain yang tidak terpengaruh oleh antibiotika itu, menggandakan diri dengan cepat dan segera membentuk keseluruhan populasi. Maka dari itu, seluruh populasi menjadi kebal antibiotika.
Para evolusionis mencoba menyajikan hal ini sebagai "evolusi bakteri lewat penyesuaian dengan keadaan."
Akan tetapi, kejadian sebenarnya sangat berbeda dengan tafsiran dangkal ini. Salah seorang ilmuwan yang telah melakukan penelitian paling rinci tentang masalah ini adalah ahli biofisika Israel Lee Spetner, yang juga terkenal dengan bukunya Not by Chance (Bukan Kebetulan) yang diterbitkan pada tahun 1997. Spetner menyebutkan bahwa kekebalan pada bakteri muncul melalui dua mekanisme berbeda, namun keduanya tidak menyusun petunjuk bagi teori evolusi. Kedua mekanisme ini adalah:
1) Pemindahan gen-gen tahan yang sudah tersedia pada bakteri.
2) Pembangunan ketahanan sebagai hasil kehilangan data genetis karena mutasi.
Profesor Spetner menjelaskan mekanisme pertama dalam sebuah artikel terbitan 2001:
Sebagian mikroorganisme telah dianugerahi dengan gen-gen yang memberikan ketahanan terhadap antibiotika ini. Ketahanan ini bisa berbentuk menguraikan atau menghalau molekul antibiotika dari sel … Organisme yang memiliki gen-gen ini dapat menularkannya ke bakteri lain supaya membuatnya tahan juga. Meskipun mekanisme ketahanan ini khusus terhadap antibiotika tertentu, sebagian besar bakteri patogen (penyebab penyakit) telah… berhasil mengumpulkan beberapa himpunan gen yang menjamin ketahanan terhadap berbagai antibiotika. 306
Spetner kemudian melanjutkan bahwa ini bukanlah "petunjuk bagi evolusi":
Perolehan ketahanan terhadap antibiotika dengan cara ini… bukan jenis yang dapat dijadikan sebagai model awal bagi mutasi yang diperlukan untuk menjelaskan evolusi… Perubahan-perubahan genetis yang dapat menggambarkan teori seharusnya tak hanya menambah informasi ke dalam genom bakteri, namun juga menambah informasi baru kepada dunia kehidupan. Penyalinan gen ke sesama [jenis] hanya menyebarkan gen yang sudah ada pada beberapa spesies. 307
Jadi, kita tak dapat membicarakan evolusi apa pun di sini, sebab tiada data genetis baru yang dihasilkan: informasi genetis yang telah ada sekadar ditularkan antarbakteri.
Jenis kekebalan kedua, yang muncul sebagai akibat mutasi, bukanlah sebuah contoh evolusi juga. Spetner menulis:
… Suatu mikroorganisme kadang bisa memperoleh ketahanan terhadap antibiotika melalui penggantian acak satu nukleotida… Streptomycin, yang ditemukan oleh Selman Walksman dan Albert Schartz serta kali pertama dilaporkan pada tahun 1944, adalah antibiotika yang terhadapnya bakteri bisa memperoleh ketahanan dengan cara ini. Tetapi, meskipun bermanfaat bagi mikroorganisme untuk menghadapi streptomycin, mutasi yang dialami bakteri dalam proses ini tak bisa dijadikan sebagai model awal mutasi yang dibutuhkan oleh NDT [Neo-Darwinian Theory – Teori Darwinian Baru]. Jenis mutasi yang menjamin ketahanan terhadap streptomycin terwujud di ribosom dan menurunkan kecocokan molekulernya dengan molekul antibiotika. 308

Bakteri cepat kebal terhadap antibiotika dengan saling memindahkan gen-gennya yang tahan. Gambar di atas menunjukkan suatu koloni bakteri E. coli.
Di dalam bukunya Not by Chance, Spetner menyerupakan keadaan ini dengan gangguan hubungan kunci-gembok. Streptomycin, seperti sebuah kunci yang benar-benar pas dengan sebuah gembok, mencengkeram ribosom suatu bakteri dan menghentikan kerjanya. Di sisi lain, mutasi menguraikan ribosom sehingga mencegah streptomycin berikatan ke ribosom. Meskipun ditafsirkan sebagai "bakteri mengembangkan kekebalan terhadap streptomycin," hal ini tak bermanfaat bagi bakteri, justru merugikannya. Spetner menulis:
Perubahan di permukaan ribosom mikroorganisme ini mencegah molekul streptomycin berikatan dan menjalankan fungsi antibiotiknya. Ternyata, kerusakan ini merupakan suatu kehilangan kekhususan dan, akibatnya, kehilangan informasi. Pokok utamanya adalah bahwa Evolusi… tak bisa dicapai dengan mutasi jenis ini, betapa pun banyaknya. Evolusi tak bisa dibangun dengan menghimpun mutasi-mutasi yang hanya mengurangi kekhususan. 309
Sebagai kesimpulan, suatu mutasi yang berpengaruh pada ribosom bakteri membuat bakteri itu tahan terhadap streptomycin. Alasan bagi hal ini adalah "penguraian" ribosom oleh mutasi. Yakni, tidak ada informasi genetis baru ditambahkan ke bakteri. Sebaliknya, struktur ribosom teruraikan, dengan kata lain, bakteri menjadi "cacat." (Juga, telah ditemukan bahwa ribosom bakteri hasil mutasi kurang berfungsi daripada ribosom bakteri biasa.) Karena "cacat" ini mencegah antibiotika mengikat ribosom, "ketahanan antibiotika" berkembang.
Akhirnya, tiada contoh mutasi yang "mengembangkan informasi genetis." Evolusionis, yang ingin menyajikan ketahanan antibiotika sebagai petunjuk bagi evolusi, memperlakukan masalah ini secara sangat dangkal dan justru keliru.
Hal yang sama juga berlaku bagi kekebalan yang dikembangkan serangga terhadap DDT dan insektisida sejenis. Pada sebagian besar, gen-gen kekebalan yang telah ada digunakan. Ahli biologi evolusi Francisco Ayala mengakui fakta ini dengan mengatakan, "Ragam-ragam genetis yang diperlukan bagi ketahanan terhadap jenis-jenis pestisida yang paling beraneka tampaknya ada di setiap populasi yang terpapar senyawa-senyawa buatan manusia ini." 310 Beberapa contoh lain yang dijelaskan dengan mutasi, sama seperti mutasi ribosom tersebut di atas, adalah gejala yang menyebabkan "kerugian informasi genetis" pada serangga.
Dalam hal ini, tidak bisa dinyatakan bahwa mekanisme kekebalan pada bakteri dan serangga membentuk petunjuk bagi teori evolusi. Itu karena teori evolusi didasarkan pada anggapan bahwa makhluk-makhluk hidup berkembang melalui mutasi. Akan tetapi, Spetner menjelaskan bahwa baik kekebalan terhadap antibiotika maupun gejala-gejala biologis lain mengisyaratkan contoh mutasi yang demikian:
Mutasi-mutasi yang diperlukan bagi evolusi makro belum pernah teramati. Tidak ada mutasi acak yang bisa mewakili mutasi-mutasi yang diperlukan oleh Teori Neo-Darwinian dan telah diteliti di tingkat molekuler menambahkan informasi apa pun. Pertanyaan yang saya singgung adalah: apakah mutasi-mutasi yang telah teramati merupakan jenis yang dibutuhkan untuk mendukung teori evolusi? Jawabannya ternyata BUKAN! 311

Dongeng Organ Vestigial
Untuk waktu yang lama, konsep "organ vestigial" sering muncul dalam kepustakaan evolusionis sebagai "petunjuk" bagi evolusi. Pada akhirnya, konsep ini secara diam-diam dikubur ketika terbukti tidak sahih. Namun, sebagian evolusionis masih memercayainya, dan dari waktu ke waktu seseorang akan mencoba mengajukan "organ vestigial" sebagai petunjuk penting evolusi.
Gagasan "organ vestigial" kali pertama dikemukakan sekitar seabad yang lalu. Sebagaimana dikatakan para evolusionis, di dalam tubuh sebagian makhluk hidup, terdapat sejumlah organ yang tak berfungsi. Organ-organ ini telah diwarisi dari para moyang dan secara bertahap menjadi vestigial (kehilangan manfaat) karena jarang dipakai.
Keseluruhan anggapan ini tak ilmiah, dan sepenuhnya didasarkan pada ilmu pengetahuan yang tak memadai. Organ-organ "tak berguna" ini pada dasarnya organ-organ yang "fungsi-fungsinya belum diketahui." Pertanda terbaik akan hal ini adalah pengurangan bertahap namun tajam daftar panjang organ vestigial menurut evolusionis. SR Scadding, seorang evolusionis, menyetujui fakta ini dalam artikelnya "Can vestigial organs constitute evidence for evolution?" (Dapatkah organ-organ vestigial membentuk petunjuk bagi evolusi?) yang diterbitkan di dalam majalah Evolutionary Theory:
Karena mustahil mengenali secara pasti struktur-struktur tak berguna, dan karena bangun pendapat yang diajukan tidak sahih secara ilmiah, saya menyimpulkan bahwa ‘organ-organ vestigial’ tidak menyediakan petunjuk khusus bagi teori evolusi. 312

Penelitian ilmiah tentang dongeng organ sisa (vestigial): "Vestigial Organs" Are Fully Functional (Organ-organ Sisa Berfungsi Penuh)
Daftar organ vestigial yang telah dibuat oleh ahli anatomi Jerman R. Wiedersheim di tahun 1895 mencakup sekitar 100 organ, termasuk usus buntu dan tulang ekor. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan, ditemukan bahwa semua organ di dalam daftar Wiedersheim sesungguhnya memiliki fungsi-fungsi amat penting. Misalnya, ditemukan bahwa usus buntu, yang dikira "organ vestigial," ternyatanya organ limfoid (penghasil zat antikuman) yang melawan infeksi-infeksi di dalam tubuh. Fakta ini menjadi jelas pada tahun 1997:
Organ-organ dan jaringan-jaringan penyusun tubuh lainnya—gondok, hati, limpa, usus buntu, sumsum tulang, dan sekumpulan kecil jaringan limfatik seperti amandel di tenggorokan dan tonjolan Peyer pada usus halus—juga bagian dari sistem limfatik. Mereka juga membantu tubuh melawan infeksi. 313
Juga telah ditemukan bahwa amandel, yang masuk ke dalam daftar organ vestigial tersebut, berperan penting melindungi tenggorokan dari infeksi, khususnya hingga masa remaja. Telah ditemukan bahwa tulang ekor di ujung bawah tulang belakang menyokong tulang-tulang di sekitar panggul dan menjadi titik temu beberapa otot kecil, dan karena itu, tanpa tulang ekor kita tak bisa duduk nyaman.
Pada tahun-tahun selanjutnya, diketahui bahwa kelenjar gondok merangsang sistem kekebalan di dalam tubuh manusia dengan menghidupkan sel-sel T, bahwa kelenjar pineal berwewenang atas pelepasan sejumlah hormon penting seperti melatonin yang menghambat pelepasan hormon reproduksi, bahwa kelenjar tiroid berdaya guna dalam menjaga pertumbuhan yang tetap pada bayi dan anak-anak serta metabolisme dan kegiatan tubuh, dan bahwa kelenjar pituitari mengendalikan pertumbuhan tulang dan bekerjanya dengan benar kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, dan kelenjar reproduksi. Semua ini sekali waktu dianggap "organ-organ vestigial." Akhirnya, lipatan sabit di mata, yang dirujuk sebagai sebuah organ vestigial oleh Darwin, telah ditemukan sebenarnya berwewenang membersihkan dan melumasi bola mata.

Umbai cacing (atas), yang dikatakan para evolusionis sebagai organ sisa, saat ini diketahui berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh. Tulang ekor di ujung bawah tulang punggung juga bukan suatu organ sisa, melainkan tempat menempelnya organ-organ panggul sehingga tak akan jatuh.
Terdapat kekeliruan pemikiran yang amat penting dalam pernyataan evolusionis tentang organ vestigial. Sebagaimana telah kita lihat, pernyataan ini adalah bahwa organ-organ vestigial pada makhluk hidup diturunkan dari moyang-moyangnya. Akan tetapi, sebagian organ yang disangka "vestigial" tidak ditemukan pada spesies yang disangka moyang-moyang manusia! Misalnya, usus buntu tidak ada pada beberapa spesies kera yang dikatakan sebagai moyang-moyang manusia. Ahli biologi ternama H. Enoch, yang menentang teori organ vestigial, mengutarakan kekeliruan pemikiran ini sebagai berikut:
Kera memiliki usus buntu, sementara kerabat-kerabat jauhnya, kera tingkat rendah, tidak; namun, usus buntu muncul pada mamalia yang lebih rendah lagi seperti oposum (sejenis tikus). Bagaimanakah evolusionis bisa menjelaskan hal ini? 314
Di samping semua ini, pernyataan bahwa suatu organ yang tidak dipakai menurun manfaatnya dan menghilang seiring waktu mengandung ketakselarasan nalar. Darwin sadar akan ketakselarasan ini, dan membuat pengakuan berikut di dalam buku The Origin of Species:
Akan tetapi, masih ada kesulitan ini. Setelah suatu organ berhenti dipakai, dan sebagai akibatnya menjadi amat diperkecil, bagaimanakah bisa masih terus dikurangi ukurannya hingga sisa ala kadarnya yang tinggal, dan bagaimanakah bisa sepenuhnya dilenyapkan? Hampir mustahil bahwa ketidak-terpakaian masih bisa menghasilkan pengaruh lebih lanjut setelah organ ini sekali waktu dibuat tak berfungsi. Beberapa penjelasan tambahan diperlukan di sini yang tidak mampu saya berikan. 315
Ringkasnya, skenario organ vestigial yang dikemukakan oleh para evolusionis mengandung sejumlah cacat pemikiran yang parah, dan bagaimana pun telah terbukti tidak benar secara ilmiah. Tidak ada organ vestigial yang diwariskan di dalam tubuh manusia.

Pukulan Lain Lagi bagi "Organ-Organ Vestigial": Kaki Kuda
Pukulan terbaru bagi dongeng organ vestigial datang dari sebuah penelitian baru-baru ini tentang kaki kuda. Dalam sebuah artikel majalah Nature terbitan 20-27 Desember 2001 yang berjudul "Biomechanics: Damper for bad vibrations" (Biomekanika: Peredam bagi Getaran Jahat), tercatat bahwa "Sebagian serat otot pada kaki kuda terlihat seperti sisa-sisa evolusi yang tanpa fungsi. Namun, ternyata serat-serat ini berfungsi meredam getaran merusak yang dihasilkan di kaki saat kuda berlari". Artikel itu berbunyi sebagai berikut:
Kuda dan unta memiliki otot-otot pada kaki dengan urat otot (tendon) yang lebih dari 600 milimeter panjangnya dan terikat ke serat-serat otot yang kurang dari 6 milimeter panjangnya. Otot-otot pendek sepeti ini dapat memanjang hanya beberapa milimeter selagi hewan bergerak, dan tampak tak mungkin banyak dipakai oleh mamalia besar. Urat-urat otot berfungsi sebagai pegas pasif, dan sebelumnya serat-serat otot ini dianggap kesia-siaan, sisa dari serat-serat yang lebih panjang dan telah kehilangan fungsinya selama evolusi. Tetapi Wilson dan para sejawatnya mendebat… bahwa serat-serat ini mungkin melindungi tulang-tulang dan urat-urat otot dari getaran-getaran yang berpeluang merusak…
Percobaan-percobaan mereka menunjukkan bahwa serat-serat otot yang pendek ini dapat meredam getaran-getaran merusak akibat benturan kaki ke tanah. Ketika kaki seekor hewan yang berlari menumbuk tanah, tumbukan itu membuat kaki bergetar; frekuensi getaran ini lumayan tinggi—misalnya, 30-40 Hz pada kuda—demikian banyak daur getaran akan terjadi ketika kaki di atas tanah jika tidak ada peredaman.
Getaran-getaran ini bisa menyebabkan kerusakan karena tulang dan urat otot rentan terhadap gangguan kelelahan. Kelelahan pada tulang dan urat otot adalah timbunan dari kerusakan yang dihasilkan penerapan terus-menerus peregangan otot. Kelelahan tulang berperan pada retak tulang karena tekanan yang diderita para atlet maupun kuda balap, dan kelelahan urat otot mungkin menerangkan setidaknyanya sebagian kasus radang urat otot (tendonitis). Wilson dan kawan-kawan berpendapat bahwa dengan meredam getaran, serat-serat otot yang sangat pendek ini melindungi baik tulang maupun urat otot dari kerusakan akibat kelelahan … 316
Singkatnya, pengamatan yang lebih dekat pada anatomi kuda mengungkapkan bahwa struktur-struktur yang danggap tak berfungsi oleh para evolusionis memiliki fungsi-fungsi yang sangat penting.
Dengan kata lain, kemajuan ilmiah menunjukkan bahwa yang dianggap petunjuk bagi evolusi sebenarnya petunjuk bagi rancangan. Para evolusionis seharusnya menangkap isyarat dari fakta ini jika saja mereka mau. Pengulas majalah Nature tampaknya beralasan untuk berkata:
Wilson dan kawan-kawan telah menemukan sebuah peran penting bagi otot yang tampak seperti peninggalan sebuah struktur yang telah kehilangan fungsi selama evolusi. Karya mereka membuat kita bertanya apakah organ-organ sisa lainnya (seperti usus buntu manusia) sama tak bergunanya sebagaimana kelihatannya. 317
Ini tidaklah mengherankan. Semakin kita pelajari alam, semakin kita lihat petunjuk bagi penciptaan. Sebagaimana dikatakan Michael Behe, "kesimpulan rancangan datang bukan dari yang tidak kita ketahui, namun dari yang telah kita pelajari selama 50 tahun terakhir." 318 Dan Darwinisme ternyatalah sebuah pandangan yang datang dari kebodohan, atau, dengan kata lain, "ateisme kesenjangan."

Kekeliruan Pemikiran tentang Rekapitulasi
Yang disebut dengan "teori rekapitulasi" telah lama dihapus dari kepustakaan ilmiah, namun masih disajikan sebagai sebuah kenyataan ilmiah oleh sebagian media evolusionis. Istilah "rekapitulasi" (rangkuman) adalah pemadatan istilah "ontogeni merangkum filogeni" yang diajukan oleh ahli biologi evolusi Ernst Haeckel pada akhir abad ke-19.
Teori Haeckel ini menganggap bahwa embrio hidup mengalami ulangan proses evolusi seperti yang dialami moyang-palsunya. Haeckel berteori bahwa selama perkembangan di dalam rahim ibunya, embrio manusia kali pertama memperlihatkan sifat-sifat seekor ikan, lalu reptil, dan akhirnya manusia.
Sejak itu telah dibuktikan bahwa teori ini sepenuhnya omong kosong. Kini telah diketahui bahwa "insang-insang" yang disangka muncul pada tahap-tahap awal embrio manusia ternyata adalah taraf-taraf awal saluran telinga dalam, kelenjar paratiroid, dan kelenjar gondok. Bagian embrio yang diserupakan dengan "kantung kuning telur" ternyata kantung yang menghasilkan darah bagi si janin. Bagian yang dikenali sebagai "ekor" oleh Haeckel dan para pengikutnya sebenarnya tulang belakang, yang mirip ekor hanya karena tumbuh mendahului kaki.
Inilah fakta-fakta yang diterima luas di dunia lmiah, dan bahkan telah diterima oleh para evolusionis sendiri. Dua pemimpin neo-Darwinis, George Gaylord Simpson dan W. Beck telah mengakui:
Haeckel keliru menyatakan azas evolusi yang terlibat. Kini telah benar-benar diyakini bahwa ontogeni tidak mengulangi filogeni. 319

Dengan gambar-gambar embrio palsunya, Ernst Haeckel telah menipu dunia ilmiah selama seabad.

Berikut ini tertulis di dalam sebuah artikel New Scientist tertanggal 16 Oktober 1999:
[Haeckel] menyebutnya hukum biogenetis, dan gagasan ini menjadi dikenal luas sebagai rekapitulasi. Nyatanya, hukum Haeckel yang keras itu segera diperlihatkan sebagai keliru. Misalnya, embrio awal manusia tak pernah memiliki insang-insang yang berfungsi seperti ikan, dan tak pernah melalui tahap-tahap yang terlihat seperti seekor reptil dewasa atau kera.320
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada American Scientist, kita membaca:
Tentunya hukum biogenetis benar-benar mati. Hukum ini akhirnya dibersihkan dari buku-buku acuan biologi pada tahun [19]50-an. Sebagai sebuah pokok penyelidikan teoretis yang sungguh-sungguh, hukum ini punah di tahun [19]20-an…321
Segi menarik lain dari "rekapitulasi" adalah Ernst Haeckel sendiri, seorang pemalsu yang mereka-reka gambar-gambar demi mendukung teori yang diajukannya. Pemalsuan Haeckel bermaksud menunjukkan bahwa embrio-embrio ikan dan manusia mirip satu sama lain. Ketika tertangkap basah, satu-satunya pembelaan yang diberikan Haeckel adalah bahwa para evolusionis lain telah melakukan kejahatan serupa:
Sesudah pengakuan "pemalsuan" ini, saya wajib menganggap diri saya terkutuk dan sirna jika saja tidak merasa lega saat melihat di kiri-kanan saya di dalam ruang tahanan ratusan teman–para bajingan, di antara mereka banyak peneliti paling terpercaya dan ahli biologi paling terhormat. Sebagian terbesar gambar di dalam buku-buku acuan, makalah-makalah, dan majalah-majalah biologi terbaik akan menuai tuduhan ‘pemalsuan’ dengan derajat yang sama, sebab semuanya tidak pasti, serta lebih kurang diubah-ubah, diatur-atur, dan direka-reka. 322

Gambar-gambar palsu Haeckel.
Pada terbitan 5 September 1997 majalah ilmiah Science, sebuah artikel diterbitkan yang mengungkapkan bahwa gambar-gambar embrio Haeckel adalah karya penipuan. Artikel berjudul "Haeckel’s Embryos: Fraud Rediscovered" (Embrio-embrio Haeckel: Mengungkap Ulang Sebuah Penipuan) ini mengatakan:
Kesan yang dipancarkan [gambar-gambar Haeckel] itu, bahwa embrio-embrio persis serupa, adalah keliru, kata Michael Richardson, seorang ahli embriologi pada St. George’s Hospital Medical School di London… Maka, ia dan para sejawatnya melakukan penelitian perbandingan, memeriksa kembali dan memfoto embrio-embrio yang secara kasar sepadan spesies dan umurnya dengan yang dilukis Haeckel. Sim salabim dan perhatikan! Embrio-embrio "sering dengan mengejutkan tampak berbeda," lapor Richardson dalam Anatomy and Embryology terbitan Agustus [1997]. 323

Pada terbitan 5 September 1997, majalah terkemuka Science menyajikan sebuah artikel yang menyingkapkan bahwa gambar-gambar embrio milik Haeckel telah dipalsukan. Artikel ini menggambarkan bagaimana embrio-embrio sebenarnya sangat berbeda satu sama lain...

Penelitian di tahun-tahun terakhir telah menunjukkan bahwa embrio-embrio dari spesies yang berbeda tidak saling mirip, seperti yang ditunjukkan Haeckel. Perbedaan besar di antara embrio-embrio mamalia, reptil, dan kelelawar di atas adalah contoh nyata hal ini.

Science menjelaskan bahwa, demi menunjukkan bahwa embrio-embrio memiliki kemiripan, Haeckel sengaja menghilangkan beberapa organ dari gambar-gambarnya atau menambahkan organ-organ khayalan. Belakangan, di dalam artikel yang sama, informasi berikut ini diungkapkan:
Bukan hanya menambahkan atau mengurangi ciri-ciri, lapor Richardson dan para sejawatnya, namun Haeckel juga mengubah-ubah ukuran untuk membesar-besarkan kemiripan di antara spesies-spesies, bahkan ketika ada perbedaan 10 kali dalam ukuran. Haeckel mengaburkan perbedaan lebih jauh dengan lalai menamai spesies dalam banyak kesempatan, seakan satu wakil sudah cermat bagi keseluruhan kelompok hewan. Dalam kenyataannya, Richardson dan para sejawatnya mencatat, bahkan embrio-embrio hewan yang berkerabat dekat seperti ikan cukup beragam dalam penampakan dan urutan perkembangannya. "Itu (gambar-gambar Haeckel) agaknya menjadi salah satu pemalsuan paling tersohor dalam biologi," Richardson menyimpulkan. 324
Artikel Science membahas bagaimana pengakuan-pengakuan Haeckel atas masalah ini ditutup-tutupi sejak awal abad ke-20, dan bagaimana gambar-gambar palsu ini mulai disajikan sebagai fakta ilmiah di dalam buku-buku acuan:
Pengakuan Haeckel lenyap setelah gambar-gambarnya kemudian digunakan dalam sebuah buku tahun 1901 berjudul Darwin and After Darwin (Darwin dan Sesudahnya) dan dicetak ulang secara luas di dalam buku-buku acuan biologi berbahasa Inggris. 325
Singkatnya, fakta bahwa gambar-gambar Haeckel dipalsukan telah muncul di tahun 1901, tetapi seluruh dunia ilmu pengetahuan terus diperdaya olehnya selama satu abad.
 
   
    
306 Dr. Lee Spetner, "Lee Spetner/Edward Max Dialogue: Continuing an exchange with Dr. Edward E. Max," 2001, http://www.trueorigin.org/spetner2.asp
307 Dr. Lee Spetner, "Lee Spetner/Edward Max Dialogue: Continuing an exchange with Dr. Edward E. Max," 2001, http://www.trueorigin.org/spetner2.asp
308 Dr. Lee Spetner, "Lee Spetner/Edward Max Dialogue: Continuing an exchange with Dr. Edward E. Max," 2001, http://www.trueorigin.org/spetner2.asp
309 Dr. Lee Spetner, "Lee Spetner/Edward Max Dialogue: Continuing an exchange with Dr. Edward E. Max," 2001, http://www.trueorigin.org/spetner2.asp
310 Francisco J. Ayala, "The Mechanisms of Evolution," Scientific American, Vol. 239, September 1978, h. 64.
311 Dr. Lee Spetner, "Lee Spetner/Edward Max Dialogue: Continuing an exchange with Dr. Edward E. Max," 2001, http://www.trueorigin.org/spetner2.asp
312 S. R. Scadding, "Do 'Vestigial Organs' Provide Evidence for Evolution?," Evolutionary Theory, vol. 5, Mei 1981, h. 173.
313 The Merck Manual of Medical Information, Home edition, Merck & Co., Inc. The Merck Publishing Group, Rahway, New Jersey, 1997.
314 H. Enoch, Creation and Evolution, New York, 1966, h. 18-19.
315 Charles Darwin, Origin of Species, http://www.zoo.uib.no/classics/darwin/origin.chap14.html.
316 R. Mcneill Alexander, "Biomechanics: Damper For Bad Vibrations," Nature, 20-27 Desember 2001.
317 R. Mcneill Alexander, "Biomechanics: Damper For Bad Vibrations," Nature, 20-27 Desember 2001.
318 Behe's Seminar in Princeton, 1997
319 G. G. Simpson, W. Beck, An Introduction to Biology, Harcourt Brace and World, New York, 1965, h. 241.
320 Ken McNamara, "Embryos and Evolution," New Scientist, vol. 12416, 16 Oktober 1999. (tanda penegasan ditambahkan)
321 Keith S. Thomson, "Ontogeny and Phylogeny Recapitulated," American Scientist, vol. 76, Mei/June 1988, h. 273.
322 Francis Hitching, The Neck of the Giraffe: Where Darwin Went Wrong, Ticknor and Fields, New York, 1982, h. 204.
323 Elizabeth Pennisi, "Haeckel's Embryos: Fraud Rediscovered," Science, 5 September, 1997. (tanda penegasan ditambahkan)
324 Elizabeth Pennisi, "Haeckel's Embryos: Fraud Rediscovered," Science, 5 September, 1997. (tanda penegasan ditambahkan)
325 Elizabeth Pennisi, "Haeckel's Embryos: Fraud Rediscovered," Science, 5 September, 1997. (tanda penegasan ditambahkan)

sumber: harun yahya.com

Baca juga:


Kamis, 14 Oktober 2010

Gold Green Brazil Propolis: Kekuatan Alami Yang Melindungi Anda

(Kutipan dari Wikipedia)
Propolis atau Lem Lebah adalah suatu zat yang dihasilkan oleh lebah madu.
Propolis dikumpulkan oleh lebah dari pucuk daun-daun yang muda kemudian dicampur dengan air liurnya, digunakan untuk menambal, membungkus, melindungi dan mensterilkan sarang dari serbuan kuman, virus, atau bakteri.
Propolis bersifat disinfektan (anti bakteri) yang dapat membunuh semua kuman atau virus yang masuk ke sarang lebah. Hal ini sangat diperlukan untuk melindungi semua yang ada di dalam sarang tersebut seperti ratu lebah, telur, bayi lebah dan madu.

Sejarah

Propolis digunakan sejak 3000 tahun sebelum Masehi dan memiliki peranan besar dalam fungsi biologi. Pada zaman Mesir kuno, propolis telah populer digunakan sebagai obat karena kandungannya telah dikenal efektif mengobati sejumlah infeksi, luka dan bahkan dalam proses pengawetan mayat.

Jenis-jenis Propolis

Bentuk alami propolis menyerupai adonan lem dengan beberapa kepadatan dan warna yang bervariasi dari warna coklat sampai hijau tua tergantung pada sumber dan cuaca pada saat dikumpulkan.  
Propolis secara kualitas dibagi ke dalam 3 jenis, yaitu:
  1. Propolis biasa: kandungan Bioflavonoid (vitamin P) 25x jeruk, berwarna coklat dan keruh
  2. Propolis Gold: kandungan Vitamin P 36x jeruk, berwarna coklat keemasan dan agak jernih
  3. Propolis Brazil: kandungan Vitamin P 48x jeruk, berwarna hijau keemasan dan sangat jernih.
Gold Green Brazil Propolis

Gold Green Brazil Propolis termasuk jenis Propolis Brazil (kualitas terbaik) yang merupakan zat organik murni hasil uraian lebah madu Brazil yang dihasilkan dari substansi yang mengandung damar dari daun muda tumbuhan yang disebut Baccharis dracunculifolia (Alecrim do Campo) untuk membersihkan dan melindungi sarang lebah terhadap dingin, panas, angin, kelembaban dan penyakit.
Ekstrak yang diperoleh dari propolis jenis ini memiliki rasa hangat yang kuat dan berwarna hijau terang yang cantik.

Para ilmuwan menemukan Gold Green Brazil Propolis memiliki kualitas yang terbaik di seluruh dunia karena:
  1. Kandungan Flavonoid dan asam fenol Artepilin C yang tinggi, kedua zat ini merupakan obat alami untuk melawan infeksi virus yang paling efisien yang pernah ditemukan.
  2. Flavonoid adalah antikosidan yang sangat kuat, bebas dari radikal bebas dan mampu memperkuat sistem kekebalan tubuh manusia pada tingkat sel dan membantu regenerasi sel.
  3. Lebah Brazil memperoleh sumber bahan makanan dari tumbuhan tertentu yaitu Baccharis dracunculifolia (Alecrim do Campo) yang hanya terdapat di Brazil sehingga menghasilkan Gold Green Brazil Propolis berkualitas tinggi.
Kandungan Gold Green Brazil Propolis
  1. Bioflavonoid (Vitamin P). Menurut penelitian kandungan bioflavonoid pada setetes Gold Green Brazil Propolis setara dengan bioflavonoid yang dihasilkan dari 500 buah jeruk.
  2. Artepilin C
  3. Semua jenis vitamin (A, B2, B6, C, D, E, H, P, asam folat, asam nikotinat) kecuali vitamin K
  4. Mineral-mineral yang dibutuhkan tubuh (kecuali sulfur) seperti besi, tembaga, seng, mangan, aluminium, vanadium, strontium, silicon dan zat kapur.
  5. 16 asam amino essensial untuk regenerasi sel.
Fungsi Gold Green Brazil Propolis

Penelitian yang dilakukan para ilmuwan telah menemukan bahwa Gold Green Brazil Propolis memiliki pengaruh luar biasa dalam membantu berbagai masalah kesehatan seperti :
  1. Merangsang sistem kekebalan tubuh (immune)
  2. Sebagai antioksidan
  3. Membantu membuang racun
  4. Sebagai antibiotik alami
  5. Membantu mengatasi masalah HERPES yang disebabkan oleh Virus
  6. Anti virus, anti jamur, anti mikroba, anti protozoa
  7. Propolis sangat efektif melawan pathogen, yaitu penyebab bisul dalam perut, khususnya helicobacter pylori dan kuman, yang menyebabkan gangguan pada perut dan perasaan gelisah.
  8. Sebagai antiseptik alami
  9. Anti tumor dan kanker. Propolis ditemukan memiliki zat racun khusus untuk melawan sel tumor dan kanker. Hal ini memang tidak berpengaruh pada sel-sel normal sehingga Propolis mampu melindungi tubuh kita melawan kanker dan pembunuh cepat sel-sel penyebab kanker sebagai hasil dari senyawa racun pada sistem tubuh kita atau yang disebabkan oleh lingkungan, tanpa memberikan efek negatif pada sel normal / sel sehat.
  10. Membantu mengatasi asma
  11. Mengatasi luka dan iritasi kerongkongan, flu, penyakit gigi dan gusi , sariawan serta radang amandel
  12. Mencegah kerusakan organ hati (karena konsumsi obat-obatan dan minuman alkohol)
  13. Mengatasi infeksi lambung dan usus
  14. Memelihara elastisitas pembuluh darah dan sirkulasi darah
  15. Membantu mengatasi tekanan darah tinggi
  16. Membantu menurunkan tingkat gula darah / glukosa
  17. Menurunkan tingkat lemak darah (kolesterol dan trigliserid)
  18. Membantu mengatasi penyakit jantung
  19. Meningkatkan sirkulasi mikro pada penyakit kardiovaskular
  20. Membantu mengatasi masalah jerawat
  21. Menyemburhkan luka, gigitan serangga, luka bakar, luka potong
  22. Melegakan rasa sakit dari luka
  23. Memelihara fungsi organ tubuh
  24. Meningkatkan daya ingat/memori yang baik
  25. Mencegah kelelahan dan mengembalikan energi tubuh
  26. Meningkatkan kesehatan dan memperbaiki kualitas hidup
Petunjuk Pemakaian:
  • Usia <3 tahun: Larutkan 3 tetes ke dalam segelas air
  • Usia 3-10 tahun: Larutkan 5 tetes ke dalam segelas air
  • Usia >10 tahun: Larutkan 10 tetes ke dalam segelas air
Dianjurkan minum 2-3 kali sehari.

sumber: gne-biz.com